Dalam era digital saat ini, metode pelatihan dan pengembangan karyawan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan kebutuhan industri. Perusahaan kini memiliki lebih banyak pilihan dalam memberikan pelatihan kepada karyawannya, termasuk pendekatan microlearning yang semakin populer serta metode pelatihan tradisional yang telah lama digunakan.
Kedua metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan, tetapi pendekatan, efektivitas, dan cara penyampaian materinya sangat berbeda. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan utama antara microlearning dan pelatihan tradisional, serta bagaimana masing-masing dapat memberikan manfaat bagi perusahaan.
Apa Itu Microlearning?
Microlearning adalah metode pembelajaran yang menyajikan materi dalam potongan kecil dan terfokus pada satu topik atau keterampilan tertentu. Biasanya, sesi microlearning berlangsung hanya dalam beberapa menit (sekitar 2–10 menit) dan menggunakan berbagai format digital seperti video singkat, infografis, modul e-learning interaktif, kuis, atau artikel pendek.
Metode ini dirancang agar peserta dapat dengan cepat memahami dan mengaplikasikan informasi yang mereka pelajari dalam pekerjaan sehari-hari. Microlearning sangat cocok untuk lingkungan kerja yang dinamis, di mana karyawan membutuhkan pembelajaran cepat dan fleksibel tanpa mengganggu produktivitas mereka.
Berbeda dengan microlearning, pelatihan tradisional adalah metode pembelajaran konvensional yang biasanya dilakukan dalam sesi panjang dan terstruktur, baik secara tatap muka maupun online melalui webinar. Sesi ini sering kali melibatkan instruktur atau mentor yang membimbing peserta dalam memahami materi secara mendalam.
Pelatihan tradisional lebih umum digunakan dalam pembelajaran yang kompleks, seperti sertifikasi profesional, pelatihan teknis yang mendalam, atau sesi onboarding bagi karyawan baru. Biasanya, metode ini mencakup kombinasi teori, diskusi kelompok, latihan praktik, dan evaluasi langsung oleh instruktur.
Baca Juga: 7 Manfaat Microlearning bagi Perusahaan dan Karyawan
Perbedaan Microlearning dan Pelatihan Tradisional
Microlearning dan pelatihan tradisional memiliki perbedaan signifikan dalam cara penyampaian materi dan efektivitasnya untuk berbagai situasi pembelajaran. Berikut adalah beberapa perbedaan utama:
1. Durasi Pembelajaran
- Microlearning: Setiap sesi hanya berlangsung beberapa menit dan berfokus pada satu konsep spesifik. Pendekatan ini memungkinkan peserta untuk menyelesaikan pembelajaran dalam waktu singkat tanpa mengganggu pekerjaan utama mereka.
- Pelatihan Tradisional: Sesi berlangsung lebih lama, biasanya dalam hitungan jam hingga beberapa hari, dengan cakupan materi yang lebih luas dan mendalam. Format ini lebih cocok untuk pembelajaran yang membutuhkan pemahaman menyeluruh dan praktik langsung.
2. Fleksibilitas dan Aksesibilitas
- Microlearning: Materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan di mana saja melalui perangkat digital seperti smartphone, tablet, atau laptop. Peserta dapat belajar sesuai dengan waktu luang mereka tanpa harus mengikuti jadwal tertentu.
- Pelatihan Tradisional: Biasanya memiliki jadwal tetap dan memerlukan kehadiran peserta dalam sesi pelatihan, baik secara langsung maupun virtual. Hal ini dapat menjadi kendala bagi karyawan yang memiliki jadwal kerja padat.
3. Kedalaman Materi
- Microlearning: Lebih cocok untuk pembelajaran yang cepat dan spesifik, seperti keterampilan teknis sederhana atau tips pekerjaan sehari-hari. Namun, kurang efektif untuk materi yang membutuhkan pemahaman mendalam dan latihan praktik yang berulang.
- Pelatihan Tradisional: Menyediakan pemahaman yang lebih mendalam karena mencakup penjelasan rinci, studi kasus, diskusi, serta latihan langsung yang dipandu oleh instruktur.
4. Biaya dan Efisiensi
- Microlearning: Umumnya lebih hemat biaya karena tidak memerlukan biaya perjalanan, tempat pelatihan, atau instruktur. Selain itu, materi yang telah dibuat dapat digunakan berulang kali tanpa perlu pengeluaran tambahan.
- Pelatihan Tradisional: Lebih mahal karena mencakup biaya instruktur, fasilitas pelatihan, perjalanan karyawan, serta waktu kerja yang tersita selama sesi berlangsung.
5. Keterlibatan dan Retensi Pembelajaran
- Microlearning: Menggunakan format yang lebih menarik, seperti video animasi, gamifikasi, dan interaksi singkat, yang meningkatkan keterlibatan peserta. Karena materinya singkat dan langsung ke inti, peserta lebih mudah mengingat dan mengaplikasikan informasi yang dipelajari.
- Pelatihan Tradisional: Mengandalkan interaksi langsung dengan instruktur dan peserta lain, yang dapat membantu dalam pemahaman yang lebih baik. Namun, sesi yang terlalu panjang dapat menyebabkan kelelahan dan menurunkan tingkat retensi informasi.
6. Personalisasi Pembelajaran
- Microlearning: Dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu karena memungkinkan peserta memilih topik yang relevan dengan pekerjaan mereka.
- Pelatihan Tradisional: Biasanya memiliki kurikulum yang tetap, sehingga kurang fleksibel dalam menyesuaikan kebutuhan spesifik setiap peserta.
7. Kecepatan Implementasi
- Microlearning: Dapat diterapkan dengan cepat karena hanya memerlukan pengembangan modul singkat yang dapat langsung disebarluaskan melalui platform digital.
- Pelatihan Tradisional: Memerlukan persiapan yang lebih lama, termasuk penjadwalan instruktur, pembuatan materi mendalam, serta koordinasi peserta.
Baca Juga: Pentingnya Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Anggota Tim
Kapan Harus Memilih Microlearning atau Pelatihan Tradisional?
Setiap metode memiliki keunggulan dan keterbatasannya masing-masing. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memilih metode pelatihan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan bisnis mereka.
Berikut adalah beberapa situasi di mana masing-masing metode lebih efektif:
Kondisi yang disarankan untuk menggunakan Microlearning:
- Karyawan membutuhkan pelatihan singkat yang dapat langsung diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari.
- Perusahaan ingin menghemat biaya dan waktu tanpa mengorbankan kualitas pembelajaran.
- Materi pelatihan sering diperbarui dan perlu disampaikan dengan cepat.
- Karyawan memiliki jadwal kerja yang sibuk dan membutuhkan fleksibilitas dalam belajar.
Kondisi yang direkomendasikan untuk menggunakan Pelatihan Tradisional:
- Materi yang diajarkan bersifat kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam.
- Diperlukan interaksi langsung dengan instruktur dan diskusi kelompok untuk meningkatkan pemahaman.
- Pelatihan melibatkan praktik langsung atau studi kasus yang tidak dapat disajikan dalam format digital singkat.
- Perusahaan ingin membangun keterlibatan dan kolaborasi antara peserta melalui sesi tatap muka atau webinar interaktif.
Baik microlearning maupun pelatihan tradisional memiliki peran penting dalam dunia pelatihan dan pengembangan karyawan. Microlearning menawarkan solusi yang cepat, fleksibel, dan hemat biaya, sementara pelatihan tradisional lebih cocok untuk pembelajaran yang mendalam dan interaktif.
Baca Juga: LMS: Solusi Efektif untuk Retensi Karyawan Jangka Panjang
Sebagai perusahaan, penting untuk mengevaluasi kebutuhan dan tujuan pembelajaran sebelum memilih metode yang paling sesuai. Jika perusahaan membutuhkan sistem pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, Karier.mu menyediakan solusi Learning Management System (LMS) yang dapat membantu mengoptimalkan pelatihan karyawan. Anda bisa mempelajari lebih lanjut seputar LMS pada Karier.mu – Learning Platform.
Dengan menggunakan LMS untuk Perusahaan atau Bisnis, perusahaan dapat memastikan bahwa microlearning berjalan optimal, efisien, dan memberikan dampak positif bagi perkembangan karyawan serta pertumbuhan bisnis secara keseluruhan. Yuk, cari jenis pelatihan terbaik untuk karyawan Anda bersama Kariermu. -RDRP-